Nikmat mana antara Teh Botol dibanding Es Teh? Dua-duanya rupanya menyimpan kode rasa. Sebagai minuman, Teh ialah hasil dari racikan daun Teh yang diseduh dengan air panas dan dilengkapi dengan gula, kemudian disajikan. Bagi orang yang tidak mengidap suatu penyakit, minuman Teh merupakan minuman yang berselera tinggi, yang dapat diminum kapanpun. Ia bisa menjadi teman di pagi hari, di kala sendirian sambil membaca sesuatu, apalagi dilengkapi dengan sebatang rokok yang menambah daya inspirasi. Teh juga dapat dijadikan bahan minuman untuk berkumpul menjalin kebersamaan antar teman, handai taulan dan saudara.
Seiring zaman melangkah, sajian Teh mengalami kreasi dengan beragam jenis dan kemasannya. Minimalnya ada dua model sajian Teh yang dapat mewakili antara macam-macam Teh. Ada Teh Botol perwakilan dari Teh kemasan dan ada Es Teh perwakilah dari Teh tanpa kemasan. Dua-duanya memiliki peminat yang cukup besar di negeri Nusantara ini. Teh Botol pernah mengalami masa-masa puncak di zamannya.
Jika tidak salah, beberapa tahun silam pernah ada Teh Botol yang bermerk Sosro. Produk ini sangat populer di masyarakat dan iklannya di televisi cukup menarik. Tayangannya dengan menampilkan permainan jaranan yang makan pecahan kaca, kemudian setelah itu pemerannya minum Teh Botol Sosro. Penutup dari iklan tersebut tertulis “Apapun makanannya, minumnya tetap Teh Botol Sosro”. Bukan bermaksud melakukan promo merk Teh Botol tertentu dalam uraian ini, tetapi Teh Botolnya yang menjadi bahan pembahasan.
Lama sekali Teh Botol menjadi teman bagi masyarakat dalam keseharian, terutama bagi penjual minuman. Bagi penjual minuman, Teh Botol memberikan penghasilan tambahan. Dan bagi pembeli yang meminumnya dapat menghilangkan dahaganya. Duhai Teh Botol !!! engkau telah menjadi sahabat karib yang tanpamu kurang lengkap. Begitulah kira-kira kata sebagian orang yang sangat menyukainya. Teh Botol disanjung karena telah menjadi karib yang baik.
Tak disangka, sebaik-baiknya Teh Botol sebagai sahabat ternyata tidak semua menyukainya. Di kesempatan yang lain, kalimat Teh Botol digunakan dalam sebuah lagu yang pernah populer untuk menyenggol situasi yang kurang baik pada masa lalu. Teh Botol kemudian dijadikan singkatan dari “Tehnologi bodoh dan tolol”. Kemungkinan, Teh Botol yang lugu itu menangis, kenapa harus nama saya yang dijadikan akronim? Teh Botol jadi korban.
Seiring terus dengan lajunya zaman, tehnologi semakin menggila bahkan menggilas. Jika beberapa tahun yang cukup silam, informasi hanya ditabur oleh media televisi dan koran, maka saat ini informasi bisa ditabur oleh siapapun sesuka hati tanpa harus bersusah payah mendirikan stasiun televisi, cukup dengan medsos. Dan serunya lagi, para penikmat medsos (netizen) tersebut merespon dengan narasi tulis bebas tak terkontrol. Padahal tulisan itu ialah bahasa tanpa suara dan nada, sehingga beresiko salah paham kecuali bagi orang yang bijak dalam mengkomsumsinya.
Lebih seru lagi, medsos ini memiliki monster yang sangat berbahaya yang bernama hoaxs. Ia berupa kabar yang ada yang selalu diulang-ulang yang mampu menaruh racun stigma dalam pikiran seseorang. Orang baik kemudian disebar dari sekelumit kejelekannya saja, jika diulang-ulang maka akan menghilangkan kebaikan orang tersebut. Maka tidak heran jika saat ini banyak orang yang menjadi korban keganasan digital medsos. Orang cepat terkenal sekaligus cepat jatuh gara-gara monster media sosial.
Pada kesempatan baru-baru ini, Teh menjadi korban lagi pada episode kali ini. Jika dulu Teh kemasan, sekarang Teh bukan dalam kemasan tapi Es Teh yang menjadi korban. Kasihan benda yang bernama Teh ini. Apa dosa dia sehingga menjadi korban lagi. Apalagi sekarang yang menjadi korban ialah seorang pejuang yang baik dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia. Andai Teh bisa melompat, kemungkinan ia akan meloncat ketika berada di kepala penjual yang sedang diguyoni oleh seorang dai yang menjadi trending berita saat ini agar tidak jadi korban lagi.
Teh dan tehnologi memiliki awalan yang sama tetapi keduanya berbeda. Teh ialah minuman sementara tehnologi bukan minuman. Tehnologi seperti nyawa tapi tidak memiliki ruh. Tetapi juga duanya-duanya memiliki kesamaan yang lain, yakni sama-sama benda mati. Keduanya tergantung pengendalinya yang bernama manusia. Makhluk yang memiliki nafsu baik dan buruk. Maka dengan ini menjadi bertanya-tanya, siapakah sebenarnya yang menjadi korban, apakah Teh atau Tehnologi atau bahkan manusianya? Semuanya memang misteri. Namun akal yang sehat dapat menyelami kebenaran.
Lalu apakah arti semua ini, adakah pesan yang bisa diambil? Memang tidak ada di dunia ini yang langgeng. Semua ada masa aktifnya masing-masing dan akan memasuki masa kadaluarsa. Kemungkinan ada pesan, bahwa semuanya memang akan berlalu, tak perlu disesali terlalu. Pikiran seyogyanya tenang karena dunia tak selebar daun Teh.
﴿القصص: ٨٨﴾ …. كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ …….
“….Tiap-tiap sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya (Allah)…”
والله أعلم بالصواب
Oleh: NUr YESin