Syarifuddin.net– Pernyataan bahwa Memakai Jimat / Tulisan Ayat – Ayat Al-Quran untuk Mengambil Keberkahannya adalah Syirik
Sebagaimana wajibnya merealisasikan tauhid serta memenuhi syarat-syarat kalimat : Laa illaaha illa Allah, kita juga mesti takut dan berhati-hati terhadap segala bentuk syirik, pintu-pintu dan tempat-tampat masuknya, baik itu yang kecil maupun yang besar. Karena sesungguhnya sebesar-besar kezhaliman adalah syirik. Allah Ta’ala mau mengampuni semua dosa hamba-Nya, kecuali (dosa) syirik. Dan barang siapa yang terjerumus kedalamnya, allah haramkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (Syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya ”. QS. An nisaa’: 48.
Dan berikut ini kita kemukakan beberapa hal yang bertentangan atau dapat merusak tauhid, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, agar anda berhati-hati terhadapnya :
1. Memakai penangkal dengan tujuan menolak bala atau menghilangkannya, seperti kalung dan benang, baik yang terbuat dari kuningan, tembaga, besi ataupun kulit. Perbuatan seperti ini Syirik.
2. Mantera-matera bid’ah dan jimat-jimat. Mantera-mantera bid’ah ialah yang mengandung rumus-rumus dan kata-kata yang tidak dapat dipahami, meminta bantuan jin untuk mengenai penyakit atau melepaskan sihir (guna-guna). Atau memakai jimat-jimat, yaitu yang biasa dipakaikan kepada manusia atau hewan berupa benang atau ikatan, baik yang bertuliskan ungkapan (do’a) bid’ah yang tidak terdapat dalam Al Quran dan sunnah, maupun (doa-doa) yang terdapat dalam keduanya menurut pendapat yang sahih karma hal ini dapat menjadi srana menuju perbuatan syirik. Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya jampi-jampian, jimat-jimat dan pelet (guna-guna) adalah syirik “ HR. Ahmad dan Abu Daud.
Dan termasuk dalam hal ini, meletakan mushaf (Al Quran) atau mengantungkan kertas, sekeping tembaga atau besi yang bertulisan lafzhul jallalah (nama Allah) atau ayat kursi didalam mobil, dengan keyakinan bahwa (tindakan) itu dapat menjaganya dari segala yang tidak diinginkan, seperti penyakit ‘Ain (yang disebabkan oleh pandangan jahat) dan seumpamanya.
Demikian juga halnya, meletakan sesuatu berbentuk telapak tangan atau lukisan, yang didalamnya terdapat gambar mata dengan keyakinan bahwa ini juga dapat mencegah penyakit ‘Ain. Rasulullah saw bersabda :
“ Barang siapa yang menggantungkan sesuatu (jimat) dia akan diserahkan (urusannya) kepada jimat tersebut” HR.Ahmad, Tirmizy dan Al Hakim.
Jawaban Habib Munzir Al Musawa
Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad saw, peninggalan -peninggalannya saw, ahlulbaitnya saw dan para pewarisnya yakni para ulama, para kyai dan para wali. Karena hakekat yang belum mereka pahami, mereka berani menilai kafir (sesat) atau musyrik terhadap mereka yang bertabarruk pada Nabi saw atau ulama.
Sebagaimana firman Allah swt : “Berkatalah Nabi mereka pada mereka, bahwa bukti bahwa ia diberi kekuasaan adalah peti yg didalamnya terdapat ketenangan dari tuhan kalian, dan bekas bekas peninggalan keluarga Musa (as) dan Keluarga Harun (as) yang dibawakan oleh Malaikat, sungguh pada hal itu terdapat tanda tanda jika kalian benar benar beriman” (QS Al Baqarah 248).
Maka azimat (Ruqyyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidhulqadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal.316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat ayat Alqur’an.
Mengenai benda – benda keramat, maka ini perlu penjelasan yang sejelas jelasnya, bahwa benda – benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharrat, namun mungkin saja digunakan Tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yang shalih, maka sebagaimana diriwayatkan
1 Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yang sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yang sakit (shahih Muslim hadits No.2069).
2 Diriwayatkan ketika Rasul saw barusaja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata : “aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits No.5689), demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
3 Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits No.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
4 Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yg memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits No.5925)
Sebagimana sabda Nabi saw : “Keberkahan adalah pada urang orang tua dan ulama kalian” (Shahih Ibn Hibban hadits No.559)
Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Profesor Jepang, yaitu Prof. Masaru Emoto, bahwa air itu berubah wujud bentuknya dengan hanya diucapkan padanya kalimat kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan – ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya, dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan caci maki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya, kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yang didekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan.
Ketika salah seorang isteri sang Nabi, terlepas ucapannya menghina seorang wanita, dengan mengatakan dia itu pendek, maka berkata Rasul, ucapanmu itu, umpatanmu yang kau tidak sadari itu, jika ditaruhkan dilautan, akan berubah lautan itu warnanya, berubah menjadi air yang busuk dan menjijikkan, satu ucapan umpatan keturunan Adam, kita berkata; barang kali hal itu hanyalah tahdzir, hanya peringatan, ternyata benar, umpatan dan cacian merubah benda-benda, menjadi lebih buruk dan lebih busuk dan menjijikkan, menunjukkan perbuatan keturunan Adam sebagai khalifah berpengaruh di alam semesta.
Aisyah RA berkata:”Aku pernah berkata kepada Rosululloh, ‘Cukuplah bagimu dari Shofiah itu (salah seorang isteri beliau) begini dan begitu (kekurangannya), -sebagian perawi hadits berkata yakni pendek orangnya- maka beliau bersabda, “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mencampurinya” (Yakni membuat air laut tersebut berubah rasanya atau warnanya karena buruknya dan busuknya ucapan tersebut)” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)